TEORI PERILAKU DARI MAX WEBER.


Perilaku sosial disebabkan karena adanya rasa dendam pada masa lampau pertahanan terhadap bahaya yang mengancam dewasa ini atau pada masa-masa mendatang. Orang-orang atau fihak-fihak lain itu mungkin adalah orang-orang yang dikenal atau yang tidak dikenal, atau mungkin merupakan suatu kuantitas tertentu, seperti misalnya, sejumlah uang. Tidak setiap jenis perilaku, walaupun nyata dan bersifat formal, merupakan perilaku sosial. Sikap-sikap subyektif hanya merupakan perilaku sosial apabila berorientasi ke perilaku fihak-fihak lain. Perilaku keagamaan tidak bersifat sosial apabila perilaku tersebut hanya merupakan doa belaka. Kegiatan ekonomis seseorang bersifat sosial apabila hal itu ada hubungannya dengan fihak yang ketiga.
Perilaku sosial tidaklah identik dengan perilaku seragam beberapa orang atau perilaku yang dipengaruhi fihak-fihak lain. Misalnya apabila seseorang terpengaruh oleh perilaku kelompoknya. Perilaku 3seseorang mungkin terpengaruh karena keanggotaannya pada sutu kerumunan dan kesadarannya akan keanggotaan tersebut. Akibatnya adalah adanya kemungkinan bahwa suatu peristiwa tertentu atau cara berperilaku tertentu dapat membangkitkan emosi dalam situasi herumunan halmana tidak akan terjadi, apabila individu dengan sepenuhnya menyadari keadaan dirinya. Hal tersebut tidak dengan sendirinya merupakan hubungan yang berarti antara perilaku pribadi dengan fakta bahwa yang bersangkutan merupakan anggota suatu kerumunan. Perilaku demikian yang merupakan reaksi terhadap perilaku sosial, terutama apabila perilaku tersebut tidak mempunyai orientasi yang dapat dianggap serasi dengan taraf arti tertentu. perbedaan-perbedaan demikian sifatnya luwes.Keluwesan tersebut terjadi, oleh karena orientasi terhadap perilaku fihak lain dan arti perilaku pribadi sendiri tidak selalu dapat ditetapkan secara pasti.
Gejala-gejala tersebut sering kali berlangsung secara sadar atau setengah sadar. Sebagaimana bentuk-bentuk perilaku lainnya, maka perilaku sosial dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
1.    Perilaku sosial diklasifikasikan sebagai rasional dan berorientasi terhadap suatu tujuan. Maksudnya bahwa obyek-obyek dalam situasi eksternal atau pribadi-pribadi lainnya akan berperilaku tertentu, dan dengan mempergunakan harapan-harapan seperti kondisi atau sarana demi tercapainya tujuan- tujuan yang telah dipilih secara rasional. Hal tersebut dapat disebut sebagai perilaku yang berorientasi pada tujuan.
2.    Perilaku sosial  diklasifikasikan oleh kepercayaan secara sadar pada arti mutlak perilaku, sedemikian rupa, sehingga tidak tergantung pada suatu motif tertentu dan diukur dengan patokan-patokan-patokan tertentu, seperti etika, estetika, atau agama. Orientasi rasional terhadap suatu nilai mutlak disebut perilaku yang terkait dengan nilai.
3.    Perilaku sosial diklasifikasikan sebagai sesuatu yang bersifat afektif atau emosional, yang merupakan hasil konfigurasi khusus dari perasaan pribadi.
4.    Perilaku sosial yang diklasifikasikan sebagai tradisional, yang telah menjadi adat-istiadat.
Perilaku tradisional dalam arti sempit sebagaimana halnya dengan tipe reaktif imitasi, terletak did perbatasan atau kadang-kadang melintasi perilaku berorientasi yang mempunyai arti. Perilaku yang berkaitan dengan nilai berbeda dengan perilaku afektif. Dasar perbedaannya adalah formulasi yang sadar terhadap nilai-nilai yang menguasai perilaku dan orientasi terencana yang konsisten pada nilai-nilai tersebut. namun kedua hal itu mempunyai persamaan yakni perilaku tidaklah terletak pada pencapaian tujuan tertentu., akan tetapi keterlibatan dalam perilaku tertentu demi perilaku itu.
Perilaku yang mempunyai dasar afektif merupakan jenis perilaku yang menuntut pemenuhannya seketika terhadap dorongan tertentu dengan tujuan untuk membalas dendam, bersikap pasrah terhadap fihak lain, dan juga untuk menyalurkan ketegangan. Beberapa contoh perilaku yang secara murni berkaitan dengan nilai-nilai, adalah perilaku manusia, tanpa memperhitungkan akibatnya, berusaha untuk mewujudkan hal-hal yang telah diyakininya. Hal itu adalah umpamanya masalah-masalah yang berhubungan dengan kewajiban yang harus dilaksanakan demi kehormatan, keindahan, kepercayaan, dan lain sebagainya, tanpa melihat tujuannya. Perilaku yang demikian lazimnya dilakukan atas dasar perintah dan fihak-fihak yang dianuti.
Perilaku rasional tergolong dalam jenis yang berorientasi pada tujuan, apabila memperhitungkan tujuan, sarana, dan akibat-akibat sekundernya. Perilaku demikian juga harus mempertimbangkan pilihan-pilihan yang tersedia, hubungan antara tujuan dengan kemungkinan mempergunakan sarana lain, serta kepentingan relatif dari peibagai yang mungkin ingin dicapai. Tipe perilaku ini tak dapat dicari padanannya dengan perilaku afektif dan tradisional. Perilaku yang berorientasi pada nilai tersebut dapat dikaitkan dengan perilaku yang berorientasi pada tujuan, dengan pelbagai cara. dari sudut pandangan orientasi maka nilai memerlukan arasionalitas yang lebih banyak, kalau nilai-nilai sifatnya semakin mutlak.
Tipe-tipe dalam perilaku sosial terdiri dari suatu keseragaman orientasi perilaku sosial aktual yang disebut kebiasaan, apabila perwujudannya semata-mata didasarkan pada aktualitas perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Akan tetapi tidak semua persamaan pada proses perilaku sosial yang didasarkan pada orientasi terhadap kaidah atau kebiasaan yang sah. Namun hal tersebut lebih banyak didasarkan pada fakta bahwa suatu tipe perilaku sosial paling baik disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan fihak yang terlibat.

Comments

Popular posts from this blog

Refleksi Akhir Kelas etnografi Jawa Madura 2013

Blues on The Bus (Etnografi Transportasi Bagian 2)