Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia Dalam Modernisasi – Michael R. Dove (editor)

Dove, Michael R.1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia


Buku Peranan Kebudayaan Tradisional dalam Pembangunan adalah sebuah kumpulan tulisan (makalah) dan hasil penelitian terkait peran kebudayaan tradisional dalam pembangunan. Modernisasi selalu dikaitkan dengan pembangunan dan untuk pembangunan sendiri di Indonesia membutuhkan konsekuensi yang dapat menggerus kebudayaan tradisional masyarakat Indonesia khususnya suku-suku terasing. Membaca buku ini, jika saya membandingkan dengan Buku Manusia dan Kebudayaan Indonesia secara umum berdasar format penulisan dan eksplanasinya lebih ‘mengalir’ dan kontekstual karena tidak terikat oleh format baku penulisan dengan sistematika tertentu. Buku ini mewakili masalah yang terjadi seiring dalam upaya melakukan sinergisasi kebudayaan tradisional dengan agenda program pembangunan yang dirintis oleh pemerintah orde baru. Lingkupnya mulai dari Mentawai, Wana, Jawa, Kantu’, Punan, Bima, Maloh dan Ngadha; yang tersebar dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan sampai Flores. Kompleksitas yang dibahas dalam buku ini meliputi permasalahan yang mewakili sesuatu yang dianggap sebagai ‘penghambat’ modernisasi dan pembangunan. Diperlukan studi yang mendalam tentang adat istiadat yang ada dipelajari secara mendalam dan diperlukan pula perhatian khusus agar diketahui apa sajakah yang masih dapat dipertahankan, diperbaharui dan digunakan dalam pembangunan.
Beberapa catatan saya setelah membaca buku ini diantaranya: pertama, kearifan lokal dalam masyarakat tradisional kurang bahkan tidak sama sekali mendapat respon yang positif dalam perencanaan pembangunan bahkan kerap dianggap sebagai hambatan dan ancaman. Seperti pola ladang berpindah yang dianggap merusak ekologi padahal pengetahuan tentang sistem tradisional tersebut justru melestarikan lingkungan; kedua, pembagian bab pada buku ini terbagi menjadi ideology, ekologi, perubahan sosial dan penilaian dalam konteks pembangunan telah mewakili kepentingan rezim dalam menyiapkan berbagai program yang kerap tidak mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan masyarakat tradisional; Ketiga, khusus untuk bab ideology saya kurang sepakat jika hanya terbatas pada kewajiban untuk menganut salah satu agama yang diakui oleh pemerintah (agama modern), menurut saya ideologi bukan hanya agama namun pandangan hidup, nilai budaya yang secara turun temurun diakui dan diyakini dan tetap dilestarikan. Oleh negara diadakan proses penyeragaman ideologi selain pada agama juga pada azas tunggal Pancasila. Tantangan yang dihadapi antropolog untuk memberdayakan masyarakat tradisional dewasa ini semakin berat, misalnya kondisi pengaturan daerah secara otonomi, kepentingan asing terhadap Sumber daya alam, bagaimana solusi yang bisa dibisa diterapkan untuk menyelamatkan dan melestarikan kebudayaan tradisional ? (Roikan).

Comments

Popular posts from this blog

Refleksi Akhir Kelas etnografi Jawa Madura 2013

Blues on The Bus (Etnografi Transportasi Bagian 2)